Jakarta – Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, berpeluang jadi ketua umum Partai Golkar. Qodari menyampaikan hal itu menanggapi pernyataan Bambang Soesatyo, yang menyebut empat nama potensial sebagai ketua umum Golkar.
“Sebagai partai besar, tentu Golkar partai yang sangat menarik untuk dibahas dan didiskusikan. Karena itu dikaitkan dengan Pak Jokowi sebagai calon potensial untuk menjadi ketua umum Golkar ke depan,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 12 Maret 2024, seperti dikutip Antara.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan empat nama masuk bursa bakal calon ketua umum Golkar menjelang musyawarah nasional pada Desember 2024. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Bahlil Lahadalia, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan dia sendiri
“Setidaknya sudah empat (nama) santer suara yang muncul di permukaan akan bertarung di forum munas tahun ini. Ada Pak Airlangga, kemudian Pak Agus Gumiwang, ada Pak Bahlil, dan ada saya,” kata pria yang akrab disapa Bamsoet itu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 8 Maret 2024.
Di luar empat nama yang disebutkan Bamsoet, Qodari mengatakan, “Ada satu calon yang juga sangat potensial untuk menjadi Ketum Golkar ke depan, yaitu Gibran Rakabuming Raka.”
Qodari menjelaskan dua alasan Gibran layak memimpin Golkar. Pertama, kata dia, Gibran tidak lama lagi menduduki jabatan posisi strategis sebagai orang nomor dua di Indonesia, pada saat dilantik menjadi wakil presiden secara resmi pada Oktober 2024.
Menurut dia, selama ini karakteristik Partai Golkar memiliki kecenderungan sebagai partai yang menjadi bagian dari pemerintahan, tentunya linear dengan Gibran sebagai Wakil presiden sekaligus ketua umum Partai Golkar.
“Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki kaki, memiliki akses di pemerintahan, bukan hanya menteri tetapi juga atau bahkan wakil presiden, karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” ujar Qodari.
Qodari melihat pengalaman itu terjadi pada wakil presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla saat menjabat pertama kali pada periode 2004-2009. Pada saat yang sama, JK juga berhasil menjadi ketua umum Golkar.
Alasan kedua, kata Qodari, Golkar ke depan harus berorientasi anak muda karena pemilih terbanyak berasal dari kalangan muda. Karena itu, tantangannya Golkar juga harus diisi oleh banyak anak muda.
“Partai Golkar ini adalah partai yang tua, partai besar dan kalau kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak muda dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” katanya.
Dia mengatakan akan sangat menarik jika Golkar memiliki tradisi baru, yaitu dipimpin oleh anak muda dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka, bukan lagi politikus senior. Dengan dipimpin anak muda, Qodari menilai peluang partai Golkar secara elektoral naik signifikan di masa depan akan terbuka lebar, melihat pengalaman Pilpres 2024 di mana pasangan Prabowo-Gibran juga begitu dominan di kalangan muda.