CSIIS: Halim Iskandar Versus Saifullah Yusuf Diantara Jokowi dan Prabowo

Skenario Munas Golkar tahun ini, tampaknya di-copy paste pada Muktamar PKB juga. Skenario yang dimaksud adalah “beda” pilihan dan dukungan dari Jokowi dan Prabowo terhadap nama-nama yang beredar. Pada kubu Golkar, Prabowo santer melambungkan nama Airlangga Hartarto. Sementara setelah Jokowi “ditentang” oleh Abu Rizal Bakrie dan sejumlah politisi senior partai beringin ini, tampak menyiapkan Luhut Binsar Panjaitan dan Bahlil Lahadalia.

Hal ini disampaikan pengamat politik Dr Sholeh Basyari Direktur Eksuktif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) kepada GeBe, Selasa (19/03).

Untuk kasus PKB, secara mengejutkan tiba-tiba Jokowi memanggil Halim Iskandar ke istana. Meski hanya sedikit yang disampaikan oleh kakak kandung ketum PKB ini, yakni “Jokowi titip salam untuk cak Imin” dan ucapkan selamat atas prestasi gemilang PKB pada pemilu lalu.

Kehadiran menteri desa ini ke istana, menyiratkan dan mengisyaratkan sejumlah berikut. Pertama, Jokowi butuh second opinion dari Halim menyangkut suksesi di PKB. Informasi pembanding dibutuhkan Jokowi untuk mengambil posisi tepat sekaligus agar “gagalnya” skenario istana terhadap Golkar tidak terulang di PKB.

Sebelumnya, istana telah mendapatkan gambaran umum tentang PKB dari Abdul Kadir Karding, Yaqut Cholil Qoumas dan Saifullah Yusuf melalui Mensesneg Pratikno.

Kedua, santer terdengar kasus yang menjerat Reyna Usman, mantan dirjen Binapenta 2011-2015, terkait sistem proteksi TKI di kementerian ketenagakerjaan, segera disidangkan. Kehadiran Halim ke istana dalam konteks ini adalah “sebagai wakil keluarga” cak Imin terkait antisipasi kalau-kalau persidangan Reyna Usman menyerat ketum PKB ini, terlalu dalam.

Ketiga, antisipasi yang dimaksud adalah transisi kepemimpinan PKB pasca Muhaimin agar tetap smooth, soft dan mampu menghadirkan ketum baru yang fresh. Di internal PKB, Halim telah disiapkan jauh-jauh hari baik dalam situasi normal dan lebih-lebih pada saat krisis.

Pada kasus calon ketum maupun dukungan istana, dari nama-nama yang beredar, antara istana lama dan istana baru, terjadi dinamis dengan trends “.berbeda” . Awalnya, istana lama lebih condong ke Abdul Kadir Karding dan Yaqut Cholil Qoumas. Sementara istana baru lebih ke nama Saifullah Yusuf.

Masuknya nama Halim Iskandar di pusaran, menimbulkan spekulasi sebagai “barter” kalau-kalau ketua umum berhalangan tetap. Halim masuk pusaran bisa pula sebagai kompromi dan win win solution.

Sejatinya di samping sejumlah nama tersebut ada tiga nama lagi yang mengincar posisi ketum partai milik NU ini. Yusuf Khudori, ketua DPW PKB Jateng, Ali Masykur Musa dan Lukman Edy juga tengah menyiapkan sejumlah langkah. Yusuf Khudori awalnya menguat sebelum terang-terangan menjadi die hard Anies Baswedan. Anies yang resisten bagi Jokowi dan lebih-lebih bagi Prabowo, mendepak pengasuh pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang ini dari bursa.

Ali Masykur meski berada di TKN Prabowo Gibran, juga kurang memaksimalkan posisinya. Terakhir Lukman Edy meski bukan politikus Jawa tampak serius memecahkan mitos bahwa ketum PKB harus Jawa dengan mengambil spirit Buya Ismail Hasan metareum saat memimpin PPP, partai yang juga diinisiasi oleh PBNU.*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *